Di Jepang, Mentan Amran Ajak Forum G20 Perhatikan Petani Kecil dan Generasi Muda


Niigata - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan pentingnya kesetaraan akses bagi petani kecil dalam pemanfaatan teknologi dan inovasi, terutama Information and Communication Technology (ICT). Langkah ini perlu dilakukan sebagai dukungan pada pembangunan sektor pertanian.

 

"Kemudian kita juga perlu perbaikan pada FVCs (Global Food Value Chains) dalam rangka peningkatan efisensi dan mendorong kesejahteraan petani," kata Amran dalam paparannya di Pertemuan Tingkat Menteri Pertanian Negara G20 di Niigata, Jepang, Minggu (12/4).

 

Menurut dia, forum G20 sudah seharusnya memberikan perhatian yang lebih besar kepada petani kecil dan generasi muda agar mereka mau terjun langsung ke sektor pertanian. Bagian ini, kata dia, adalah program strategis Pemerintah Indonesia dalam mengembangkan kewirausahaan pemuda tani.

 

"Anak muda dan digitalisasi perlu diperhatikan supaya sektor pertanian terus memiliki inovasi dalam rantai nilai pangan (FVC)," katanya.

 

Amran menekankan, seluruh delegasi juga perlu berkolaborasi untuk mengatasi dampak perubahan iklim dan pencapaian SDGs dengan memperhatikan kesepakatan global pada Rencana aksi United Nations Decade of Family Farming 2018-2028.

 

Dalam hal ini, kata dia, Indonesia memberikan masukan untuk tetap memperhatikan kesetaraan isu fair trade negara-negara G20, terutama yang menyangkut pencapaian rantai nilai pangan (Food Value Chains/FVC).

 

Beberapa usulan diantaranya berhasil masuk rumusan utama dalam deklarasi akhir yang dibacakan pada saat penutupan pertemuan.

 

Namun disisi lain, Amran menyayangkan ketidakjelasan kesepakatan forum G20 dalam menyikapi Food Loss dan Food waste. Pandangan ini rupanya mendapat respon baik dan dipaparkan lebih luas oleh banyak kalangan, termasuk dari Bank Dunia.

 

"Saya berharap ke depan dari setiap kesepakatan yang ada, dibuat road map implementasi sebagai pedoman bagi negara anggota dalam menyusun rencana yang lebih spesifik sesuai kondisi dan kepentingan negara anggota," katanya.

 

Masih dari tempat yang sama, pemaparan Amran langsung mendapat apresiasi dari Menteri Pertanian India, Singapore, Jepang dan Direktur Jenderal FAO. Apresiasi tersebut utamanya soal keberhasilan Indonesia dalam membangun pertanian hingga mencapai swasembada beberapa komoditi.

 

Usai pertenuan, Mentan Amran langsung mendatangi pameran side event AMM G20 dan mengunjungi Hirabara-Shi, Niigata Ken untuk melihat budidaya padi.

 

Di sana, dia berdialog dengan petani muda asal Cirebon yang magang melalui program Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Akhmad Maulana serta bapak asuhnya Masato Suto.

 

Untuk diketahui, pertemuan AMM merupakan kelanjutan dari pertemuan Agriculture Deputies Meeting G20 yang dilaksanakan pada Bulan Maret 2019 di Tokyo. Sementata pertemuan AMM G20 di Niigata Jepang ini diikuti oleh 16 Menteri Pertanian perwakilan dari negara-negara anggota G20. Empat diantaranya adalah perwakilan undangan yakni dari Spanyol, Singapura, Thailand, Chili, dan Belanda.

 

Selain para Menteri, forum ini juga dihadiri Direktur Jenderal dan perwakilan lembaga internasional ERIA, OECD, FAO, WTO, IFAD, IFFRI, World Bank dan PARM.

 

Sedangkan dari Indonesia, Mentan Amran didampingi Plt. Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Prof. Erizal Jamal, Tenaga Ahli Menteri Baran Wirawan, MSc, Peneliti Utama PSEKP, Dr. Mat Syukur, Kepala Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan Cinagara Drh. Wisnu Wasisa Putra, MP serta Biro Kerja Sama Luar Negeri dan perwakilan dari Kementerian Luar Negeri.

 

Kehadiran Mentan Amran dipandang penting untuk menggaungkan kepentingan dan keberhasilan pembangunan sektor pertanian Indonesia yang beberapa diantaranya mewarnai dokumen G20 Agricultural Ministers’ Declaration.

 

Adapun isu utama yang menjadi bahasan penting dalam pertemuan ini antara lain; Innovation toward future sustainability of the agro-food sector, Food Value Chains toward inclusive growth of the agro-food sector dan Knowledge exchange to address global issues.




Berita Lainnya