JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) selaku perwakilan Asean Ministers on Agriculture and Forestry (AMAF) Indonesia mendorong semua negara KTT Asean untuk memperkuat strategi pembangunan ketahanan pangan, khususnya dalam merespon tantangan global mulai dari pesatnya pertumbuhan populasi, pemulihan dampak pandemi, ketegangan geopolitik hingga peningkatan intensitas perubahan iklim.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mengatakan bahwa persoalan dan isu ketahanan pangan membutuhkan kolaborasi dan sinergitas yang erat terutama dalam mengoptimalkan kepentingan Asean pada sektor perdagangan, transportasi, keuangan dan sektor terkait lainnya.
"Selain itu, kolaborasi dengan negara mitra Asean seperti China, Jepang, Korea dan Inggris juga perlu diintensifkan untuk mendorong sistem pertanian dan pangan yang berkelanjutan," ujar SYL, Selasa, 5 September 2023.
Sejauh ini, menurut SYL, beberapa negara mitra dialog Asean telah menyatakan komitmennya dalam mendukung implementasi deklarasi ini. Pemerintah Inggris melalui kantor Foreign, Commonwealth and Development Office (FCDO) di Jakarta bahkan telah menyampaikan dukungannya melalui pelaksanaan kajian atau perumusan metodologi tingkat ketahanan pangan.
"Sementara pemerintah Cina telah menyatakan komitmennya melalui Action Plan on Green Agricultural Development dan Pemerintah Jepang melalui Midori Cooperation Plan, dimana kedua project plan tersebut telah mencakup berbagai rencana kegiatan kerjasama yang menitikberatkan kepada kesesuaian dan kebutuhan teknologi dalam mewujudkan pertanian yang tangguh dan berkelanjutan," jelasnya.
Sebagai informasi, pertemuan para pemimpin Asean Leaders Declaration on Strengthening Food Security and Nutrition in Response to Crisis menjadi salah satu capaian pertemuan Asean Summit ke-43 yang diadakan tanggal 5 September 2023 di Jakarta Convention Center.
Deklarasi yang diusulkan oleh AMAF ini disusun atas dasar urgensi pemangku kepentingan di negara ASEAN dalam menyusun strategi membangun ketahanan pangan di kawasan Asean, khususnya dalam merespon tantangan global mulai dari pesatnya pertumbuhan populasi, pemulihan dampak pandemic Covid-19, ketegangan geopolitik dan peningkatan intensitas perubahan iklim.
Berdasarkan kesepakatan ini, deklarasi ini menitikberatkan pada dua strategi penanganan krisis pangan yaitu, aksi cepat Asean dalam menghadapi krisis pangan dan gizi serta meningkatkan kesiapsiagaan Asean dalam mengantisipasi krisis pangan di masa mendatang melalui penguatan ketangguhan serta keberlanjutan (sustainability) sistem pertanian dan pangan.
AMAF sendiri telah sepakat untuk menyusun rencana aksi Asean Regional Guideline on Sustainable Agriculture sebagai panduan implementasi panduan pertanian berkelanjutan di masing-masing negara Asean.
Selain itu fasilitasi akses pembiayaan bagi petani skala kecil, pasokan pupuk yang memadai, dan investasi yang ditujukan untuk ketangguhan terhadap dampak perubahan iklim dan pertanian berkelanjutan juga akan terus ditingkatkan. Disamping program-program untuk mengatasi food loss and waste (FLW) seperti Food Rescue, Save Food, dan Food Bank juga akan terus digalakan secara intensif.