Perkuat Layanan Pelepasan Varietas, Kementan Lakukan Peningkatan Kompetensi Co-breeder


JAKARTA - Sebagai unit kerja Kementerian Pertanian, salah satu tugas dan fungsi Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian adalah melaksanakan pelayanan pelepasan varietas tanaman. Pelepasan varietas merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting terutama untuk komoditas-komoditas strategis yang memberikan kontribusi signifikan atas ketersediaan pangan nasional. Melalui pelepasan varietas, diharapkan ketersediaan varietas unggul nasional semakin meningkat. 

Pemulia dan pemuliaan merupakan unsur kunci dalam pengembangan varietas unggul baru. Dalam rangka memperkuat pemuliaan dalam negeri, diperlukan upaya peningkatan kompetensi pendamping pemulia (co-breeder). Pusat PVTPP secara berkesinambungan melaksanakan kegiatan Peningkatan Kompetensi Pendamping Pemulia (Co-breeder) selama tiga tahun terakhir ini, yang terbaru adalah pada 28 Maret 2023 secara hybrid. 
 
Kegiatan dibuka oleh Dr. Ir. Leli Nuryati, M.Sc. (Kepala Pusat PVTPP) dan dihadiri 608 peserta dari kalangan penyelenggara pemuliaan, baik yang berasal dari institusi pemerintah/badan litbang, perguruan tinggi, swasta maupun pemerintah daerah. Melalui kegiatan ini diharapkan peserta mendapatkan peningkatan wawasan dan ilmu tentang pemuliaan tanaman agar semakin produktif untuk menghasilkan varietas unggul baru yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. 
 
Hal ini selaras dengan arahan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, agar pemulia selalu melakukan inovasi dan kreatif agar lahir varietas unggul baru yang lebih adaptif dalam menghadapi tantangan perubahan iklim, penyusutan lahan pertanian, dan kebutuhan pangan nasional yang terus meningkat. 
 
Narasumber yang hadir pada kegiatan ini merupakan para pakar di bidang pemuliaan tanaman, yaitu Prof. Dr. Satoto (pemulia tanaman padi), Prof. Dr. Sobir (Fakultas Pertanian IPB University), Prof. Dr. Luki Abdullah (Fakultas Peternakan IPB University), dan Dr. Retno Hulupi (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao).
 
Menurut Satoto, pengembangan varietas unggul baru merupakan inovasi tiada henti dan untuk tanaman padi, terdapat beberapa strategi untuk merakit VUBnya dengan keunggulan spesifik. Strategi tersebut adalah merakit dengan keunggulan/karakter: yang terkait dengan kesehatan, yang bernilai ekonomi tinggi, yang terkait dengan keunggulan agronomi spesifik, dan yang terkait dengan isu lingkungan. 
 
Dalam kerangka kegiatan pemuliaan untuk optimalisasi pemanfaatan sumber daya genetik, Sobir menggarisbawahi bahwa Indonesia memiliki potensi untuk menjadi pusat pengembangan varietas di masa perubahan iklim karena memiliki potensi genetik tinggi sehingga banyak keragaman genetik baru dapat dikembangkan, penanaman dapat dilakukan sepanjang tahun sehingga siklus pemuliaan dapat dilakukan lebih cepat (1 tahun 3 siklus), iklim panas dan lembab (serangan hama dan penyakit tinggi sepanjang tahun, sehingga bisa jadi lingkungan seleksi yang ketat bagi cekaman biotik), dan keragaman ekosistem tinggi sehingga pengujian atau seleksi toleransi terhadap cekaman abiotik dapat lebih efektif.
 
Selain itu, Retno Hulupi menegaskan perlunya kehati-hatian dalam memberikan tanda daftar untuk tanaman perkebunan. “Masih harus dilakukan pengujian sederhana, khususnya varietas lokal yang telah dikembangkan sebelumnya. Hal ini terutama untuk varietas yang diperbanyak secara klonal seperti tebu, karet, dll,” ujarnya. Retno kemudian memaparkan pengalamannya dalam melaksanakan pemuliaan partisipatif beberapa varietas lokal tanaman perkebunan, seperti kopi, teh,dan cengkeh. 
 
Terakhir, untuk pelepasan tanaman pakan, Luki menyampaikan bahwa saat ini masih sedikit yang telah dilepas sehingga menjadikan pelepasan varietas ini mendesak untuk dilakukan seiring dengan terus meningkatnya permintaan. Hijauan pakan ternak dapat menekan biaya pakan ketika harga bahan pakan biji-bijian, serealia, dan limbah agroindustri terus meningkat. Ia kemudian menjabarkan parameter uji dan teknik pengumpulan data pengujian tanaman pakan.



Berita Lainnya