“Genome Editing” Sebagai Salah Satu Alternatif Teknik Perakitan Varietas Unggul Baru


JAKARTA (24/03) - Dalam rangka mendorong perakitan varietas tanaman hasil bioteknologi, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian (PVTPP) melaksanakan kegiatan sharing knowledge bagi masyarakat pertanian.  Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan dalam perakitan varietas. 

Lebih dari 1500 peserta bergabung dalam kegiatan yang diselenggarakan dalam bentuk webinar pada Jumat, 24 Maret 2023. Peserta yang hadir diantaranya adalah penggiat di bidang pemuliaan baik dari perguruan tinggi, badan usaha, badan hukum serta instansi pemerintah. Kegiatan ini juga diikuti oleh mahasiswa pertanian, petani milenial serta dosen.

‘Bioteknologi modern digunakan sebagai alternatif apabila perakitan teknologi konvensional memerlukan waktu yang cukup lama’ ujar Kepala Pusat PVTPP, Leli Nuryati, saat membuka webinar yang bertemakan “Genome Editing sebagai Salah Satu Alternatif Teknik Perakitan Varietas Unggul Baru yang Lebih Presisi”.

Leli mengatakan, salah satu teknologi dari bioteknologi yang lebih presisi, cepat dan murah dalam menghasilkan produk unggulan baru adalah melalui Genome Editing. Teknologi ini dinilai memberikan keuntungan untuk penelitian dan pengembangan di bidang perakitan varietas unggul. Selain hal tersebut Genome Editing diharapkan memiliki potensi yang besar dalam ketahanan pangan yang berkelanjutan dan mendorong produksi serta produktivitas terutama di dalam menghadapi perubahan iklim global. Berbagai tantangan di dalam menghadapi situasi dan kondisi saat ini memerlukan perubahan-perubahan dengan teknologi yang lebih modern.

“Dalam mendukung pembangunan pertanian yang lebih maju, mandiri, dan modern, ketersediaan varietas lokal ataupun hasil pemuliaan yang memiliki keunggulan adalah salah satu upaya kita untuk meningkatkan produksi dan produktivitas”, katanya.

Leli juga menjelaskan bahwa genome editing merupakan proses rekayasa genetika dengan melakukan editing pada genome. Namun produk yang diperoleh memiliki kemiripan dengan hasil mutasi alami. Sehingga setelah divalidasi dengan menggunakan teknologi biologi khususnya biologi molekuler dapat dilabeli non PRG.

"Mudah-mudahan ke depan kita akan mendorong bagaimana regulasi dari genome editing di Indonesia dapat segera dikerucutkan", katanya.

Di Indonesia, perakitan varietas unggul baru dalam rangka pelepasan varietas, selain menggunakan metode konvensional juga telah dilakukan melalui bioteknologi.  Dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian (precautionary approach), beberapa varietas telah berhasil dilepas sebagai varietas unggul baru. Terhadap varietas yang telah mendapatkan rekomendasi keamanan hayati dan telah lolos dalam uji dalam rangka pelepasan maka dapat dilepas sebagai varietas unggul PRG.

Leli menyampaikan bahwa aktivitas penelitian dalam rangka mendapatkan rekomendasi keamanan hayati juga telah banyak dilakukan oleh penyelenggara pemuliaan baik dari litbang pemerintah maupun swasta. Beberapa produk yang telah dilepas diantaranya adalah tebu NXI4T yang toleran kekeringan (PTPN XI), kentang Biogranola yang tahan terhadap hawar daun bakteri (BBBIOGEN), jagung DK95-NK603 (PT Bayer), NK7328s-GA21, NK212s-GA21 dan NK6172-GA21 (PT Syngenta) serta menyusul 4 varietas jagung yang mempunyai ketahanan lebih dari 1 sifat (stacked gene) yaitu ketahanan terhadap herbisida berbahan aktif glifosat dan toleran penggerek batang O. furnacalis. Varietas tersebut adalah NK7328s-BT11xGA21, NK212-Bt11xGA21, NK306-Bt11xGA21 dan NK6172-Bt11xGA21 (PT Syngenta).




Berita Lainnya