Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) mengambil sejumlah kebijakan strategis untuk mengantisipasi dan memitigasi dampak badai La Nina yang mulai menerjang sebagian wilayah Indonesia.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menjelaskan, terdapat tujuh stimulus kebijakan yang sudah diambil untuk mitigasi la nina. Salah satunya adalah melakukan mapping di seluruh wilayah rawan banjir.
"Kemudian kami mengaplikasikan early warning system dan memantau semua informasi yang ada di BMKG. Kita juga membentuk gerakkan brigade banjir (satgas OPT-DPI), brigade tanam, dan brigade panen," ujar Mentan di ruang Agriculture War Room (AWR), Senin, 26 Oktober 2020.
Menurut Mentan, pihaknya juga akan melakukan pompanisasi in-out dari sawah serta rehabilitasi jaringan irigasi tersier atau kuarter. Langkah ini perlu dilakukan untuk mempersiapkan kemungkinan terendamnya sawah serta tanaman.
Karena itu, Mentan berharap para petani segera menggunakan benih tahan genangan seperti Inpara 1 sampai 10, Inpari 29, Inpari 30, Ciherang Sub 1, Inpari 42 Agritan, dan varietas unggul lokal dan sejenisnya.
"Yang paling penting lakukan klaim asuransi usaha tani padi bagi yang sudah mendaftar dan bantuan benih gratis bagi yang puso. Dan terakhir, perbaiki cara pascapanen dengan menggunakan dryer atau pengering dan RMU," katanya.
Mentan mengatakan, langkah tersebut diambil sesuai arahan Presiden Jokowi yang mengingatkan kepada segenap jajaran instansi terkait untuk mengantisipasi dampak La Nina. Badai La Nina dengan curah hujan tinggi bisa berdampak pada sektor pertanian, perikanan, perhubungan, dan lingkungan hidup.
Sebagai informasi, Indeks ENSO (El Nino-Southern Oscillation) menunjukkan suhu permukaan laut di wilayah Pasifik tengah dan timur dalam kondisi dingin selama enam dasarian terakhir dengan nilai anomali telah melewati angka -0.5°C, yang menjadi ambang batas kategori La Nina.
Perkembangan nilai anomali suhu muka laut di wilayah tersebut masing-masing adalah -0.6°C pada bulan Agustus, dan -0.9°C pada bulan September 2020.