Lalu Lintas 41.712 Ekor Unggas Ilegal Berhasil Dihadang Kementan


Jakarta – Hingga minggu ke-1 September 2020, Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) mencatat sebanyak 420 kali  upaya penyelundupan unggas ilegal dengan total 41.712 ekor diseluruh wilayah tanah air berhasil dihadang.
 
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Barantan, unggas tersebut  berasal dari luar negeri atau impor dan antar wilayah domestik. 
 
Tindakan penahanan, penolakan dan pemusnahan (3P) ini dilakukan Barantan karena unggas tersebut dilalulintas tanpa disertai dengan jaminan kesehatan dan keamanan dari negara atau lokasi asal dan ada juga diantaranya setelah hasil pemeriksaan fisik dan pengujian laboratorium karantina pertanian terbukti membawa hama penyakit hewan karantina yang berbahaya.
 
“Tindakan Karantina 3P ini berhasil kami lakukan berkat  kerjasama yang baik dengan aparat keamanan yakni TNI dan Polri serta instansi terkait yakni bea cukai, imigrasi dan keamanan,” kata Ali Jamil, Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) melalui keterangan tertulisnya, Kamis (10/9).
 
Menurut Jamil,  pihaknya melakukan peningkatan pengawasan, penguatan sistem perkarantinaan dan laboratorium uji. Selain itu tidak kalah pentingnya adalah melakukan edukasi kepada masyarakat secara terus menerus agar dapat turut mendukung tugasnya dengan patuh dan displin melaporkan produk pertanian yang dilalulintaskan baik ekspor, impor maupun antar area.
 
Masih menurut Jamil. khusus untuk lalu lintas unggas, pihaknya mewaspadai potensi ancaman penyebaran penyakit Flu Burung atau Avian Influenza (AI) akibat lalu lintas yang tidak sesuai prosedur. "Jika masuk dan tersebar, tidak hanya mengancam kesehatan masyarakat namun sangat merugikan secara ekonomi baik bagi peternak dan juga jadi ancaman ditolaknya produk olahan unggas kita di pasar ekspor,“ katanya.
 
Sebagai informasi, penyakit flu burung disebabkan oleh virus influenza yang menyerang semua jenis unggas domestik termasuk ayam, bebek, dan burung puyuh. 
 
Flu burung merupakan penyakit yang dapat ditularkan ke manusia (zoonosis). Indonesia tertular virus flu burung sejak 2003 yang menyebar ke beberapa wilayah dalam beberapa tahun saja. Kini, Kementan telah dapat mengendalikannya dan kondisi ini harus kita jaga bersama, imbuh Jamil.
 
Guna memperkuat pengawasan, kedepan  Barantan akan dilengkapi dengan perlengkapan XRay dan teknologi bio sensor. “Hal ini sejalan dengan arahan Menteri Pertanian (Syahrul Yasin Limpo, red) yang menegaskan bahwa pintu keluar dan  masuk komoditas pertanian agar bisa berfungsi lebih maksimal, dalam kondisi aman dan sehat dengan pengawasan yang  ketat,” papar Jamil.
 
Unggas Ilegal Terbesar di Lintas Jawa-Sumatera
 
Dari data penindakan terhadap unggas secara nasional tersebut, sebanyak 36.861 ekor atau 88% diantaranya berada di lintas Jawa dan Sumatera. Hal ini dilansir oleh Karantina Pertanian Lampung pada Diskusi Kelompok Terarah dengan Komunitas Pelindung Burung Indonesia, Flight pada hari Selasa (8/9) lalu.
 
Bahkan, tren upaya penyelundupannya menunjukan angka yang meningkat. Di tahun 2019,  Karantina Pertanian Lampung telah melakukan penindakan sebanyak 29.488 ekor. Sedangkan di tahun 2020 hingga September ini telah melakukan penindakan 36.861 ekor atau meningkat 25%. 
 
“Industri penangkaran unggas menjadi salah satu penopang ekonomi baik bagi petani maupun peternak. Kami turut mendukung industri ini dan menghimbau agar juga mematuhi aturan yang ada,” kata Muhammad Jumadh  Kepala Karantina Pertanian Lampung dihadapan pelaku usaha penangkaran unggas yang juga turut hadir pada acara tersebut.
 
Laporkan kepada petugas karantina pertanian terdekat untuk dapat kami periksa dan pastikan kesehatan dan keamanannya. Sertakan juga Surat Angkutan Tumbuhan dan Satwa Liar Dalam Negeri (SATS-DN) dari Badan Konservasi Sumber Daya (BKSDA)  didaerah setempat. Hal ini juga berlaku jika diperdagangkan secara daring atau online.
 
Jumadh juga menambahkan, unggas yang berhasil diamankan pihaknya selanjutnya akan diperiksa kesehatannya. "Jika sehat dan aman segera kami lepasliarkan".
 
Sementara itu,  Direktur Komunikasi FLIGHT,  Nabila Fatma mengapresiasi sinergi yang telah terjalin dengan baik dalam mengatasi upaya penyelundupan unggas, “Dari data yang kami himpun, populasi burung kicau Sumatera sudah dalam jumlah yang krisis. Tindakan yang dilakukan Karantina Pertanian sudah ‘on-the track’. 
 
Semoga kedepan anak cucu kita masih bisa mendengarkan riuhnya kicauan burung di alam liar,” pungkasnya.

 




Berita Lainnya