Kebutuhan Pangan Kabupaten Bandung Aman


Bandung - Menjelang Hari Raya Natal 2017 dan Tahun Baru 2018 mendatang, khusus untuk kebutuhan pangan pada komoditi beras di Kabupaten Bandung aman. Pasalnya, hingga Desember 2017 ini di Kabupaten Bandung tercatat seluas 3.390 hektare lahan pertanian padi sawah yang sudah, sedang maupun menghadapi musim panen. 

Prakiraan luas panen lahan pertanian padi di Kabupaten Bandung mencapai 19.820 hektare pada November-Desember 2017 ini. Hal itu setelah periode tanam pada Agustus-Oktober seluas 20.860 hektare. Dengan produksi gabah kering panen 123.478.600 kg atau beras 86.435.020 kg, jumlah penduduk 3,4 juta dan kebutuhan konsumsi beras 27.774.000 kg/bulan di Kabupaten Bandung, dan kebutuhan beras antara November 2017 hingga Januari 2018 sebanyak 83.232.000 kg,  maka cadangan beras mencapai 3.203.000 kg. Artinya, persediaan beras dari sisi produksi di Kabupaten Bandung untuk menghadapi Hari Raya Natal 2017 dan Tahun Baru 2018 aman. 

Ribuan hektare lahan pertanian padi yang melaksanakan panen raya itu, tersebar di 26 kecamatan di Kabupaten Bandung, di antaranya di Kecamatan Cikancung, Soreang, Kotawaringin, Banjaran dan kecamatan lain. 

Untuk melihat masih berlangsungnya panen raya padi di lapangan, Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Ina Dewi Kania Kepala UPT Pengendali Program Penyuluhan Wilayah Cikancung Endang Rahmat didampingi Anggota Babinsa Koramil Cicalengka dan para petani memantau lokasi panen raya tanaman padi pada lahan seluas 25 hektare di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cikancung, Minggu (17/12/2017).

Pemerintah Kabupaten Bandung memperkirakan stok gabah surplus hingga Januari 2018 mendatang.

Panen raya tanaman padi tersebut yang dikelola Kelompok Tani Mukti Satu Kecamatan Cikancung. Sejumlah petani terlihat sedang memanen tanaman padi varietas unggul  ciherang. Panen tersebut menghasilkan produksi gabah kering panen sebanyak 6,9 ton per hektare. 

"Hasil pemantauan di lapangan, jelang Hari Raya Natal 2017 dan Tahun Baru 2018 kebutuhan pangan masih aman. Soalnya, saat ini masih terjadi panen di beberapa wilayah di Kabupaten Bandung," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung H. A. Tisna Umaran, kepada media di Cikancung, Minggu siang.

Tisna memperkirakan puncak panen pada Januari hingga Februari mendatang. Melihat kondisi riil di lapangan tersebut, Kabupaten Bandung tidak mengalami musim paceklik karena masih banyak petani yang melaksanakan panen. Apalagi sudah memasuki dua hingga tiga tahun ini, di Kabupaten Bandung tidak mengalami musim tersebut  karena didukung dengan kondisi alam, persediaan air dan alat mesin pertanian. Sehingga mendorong terjadinya panen padi maupun penggarapan lahan. 

"Di Kabupaten Bandung itu seluas 35.543 hektare lahan pertanian padi. Rata-rata setiap dua tahun bisa ditanami lima musim tanam padi. Tetapi bagi lahan pertanian padi dengan persediaan air cukup dari sumber mata air maupun sungai dalam setahun bisa ditanami tiga musim tanam," kata Tisna. 

Untuk menunjukkan keberpihakan pemerintah kepada para petani, imbuhnya, pemerintah juga turut menetapkan harga penetapan pemerintah (HPP) pada jenis beras medium Rp 9.450/kg dan beras premium 12.800/kg. "HPP ini berlaku untuk Jawa, Bali dan Sumatera," kata Tisna. 

Kalaupun di lapangan dikabarkan ada kenaikan harga beras jenis medium maupun premium, ia menduga karena ada permainan tengkulak. Selain itu dipengaruhi tingginya permintaan pasar untuk kebutuhan Hari Raya Natal dan Tahun Baru.

"Secara psikokogis masyarakat masih terbiasa dengan berburu kebutuhan pangan yang cukup banyak untuk kebutuhan Hari Raya Natal maupun Tahun Baru. Sehingga memicu terjadinya kenaikan harga beras di pasaran," ungkapnya.

Selain kebutuhan gabah surplus di Kabupaten Bandung, ia mengatakan, produksi beras asal Kabupaten Bandung banyak dipasarkan di Pasar Cipinang Jakarta. Dalam sehari, sebanyak 40 ton beras premium asal Kabupaten Bandung itu dikirim ke Jakarta.




Berita Lainnya