Dengan Mekanisasi Pertanian Menarik Minat Generasi Muda Indonesia Untuk Berusaha Tani


Jakarta (22/9) - Pertanian dan petani adalah dua  kata yang selalu indentik dengan lumpur kotor, terik matahari, miskin dan tidak berpendidikan. Bahkan banyak yang menghindar bila disebut “petani” atau merasa rendah diri dengan profesi petani.

Hal tersebut diatas memang menjadi realitas yang terjadi ditengah masyarakat bahkan sudah menjadi stigma kalau tidak salah kita menyebutnya “budaya” yang salah.

Seiring terbukanya kesempatan untuk meraih pendidikan yang lebih tinggi sejak tahun 1970 an hingga sekarang ini muncul pemahaman bahwa lulusan perguruan tinggi tidak pantas bergelut dengan “lumpur”.

Sarjana harus duduk di ruang kantor yang berpendingin serta memegang “pena mahal” serta berdasi dan kemeja putih bersih. Pemahaman tersebut akhirnya membuat “generasi muda”, angkatan kerja yang potensial berlomba-lomba meninggalkan desa eksodus untuk menjadi tenaga kerja di perkotaan, tidak perduli profesi di perkotaan hanya menjadi buruh pabrik, buruh bangunan atau bahkan banyak yang menjadi pelaku kriminal asal bisa bermukim di kota.

Era pemerintahan Joko Widodo - Jusuf Kalla, yang menetapkan Nawacita sebagai Visi Pemerintahan, membawa banyak perubahan dengan Misi “Revolusi Mental dan Menghadirkan Negara” dalam setiap permasalahan yang dihadapi Rakyat.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, menjalankan Visi dan Misi sesuai Nawacita dengan menargetkan Upsus Pajale sebagai sasaran utama bukan memilih hal yang mudah justru sub sektor pangan ini, secara keseluruhan menjadi problem terbesar saat memulai tugasnya. Andi Amran Sulaiman, langsung rapat maraton dengan jajaran Kementerian Pertanian, menyisir anggaran melakukan revisi dan memutuskan sesuai arahan Presiden, “Merehablitasi Irigasi” 3 juta hektar dalam 2 tahun, kegiatan ini dilakukan berbarengan dengan penambahan bantuan Alat Mesin Pertanian, mulai dari hand traktor, rice transplanter, combine harvester, pompa air mulai dari ukuran 4 inchi hingga 8 inchi bahkan eskavator besar dan kecil.

Total alat mesin yang disediakan sekitar 80.000 unit tahun 2015 untuk mendukung Upsus Pajale dibagikan bibit padi, jagung dan kedelai hingga tahun 2016 120.000 unit alat mesin pertanian didistribusikan keseluruh Indonesia, uniknya dalam tahun pertama dilakukan kontrak kerja bersama TNI, Bulog, Gubernur, Bupati/Kepala Dinas tingkat propinsi/kabupaten dan kota serta menetapkan harga dasar pembelian pemerintah.

Semua hal tersebut menjadi dinamika positif, banyak anak muda mulai melihat aktivitas pertanian, ketertarikan pada alat mesin dan adanya jaminan harga dari pemerintah mulai mengubah cara pandang “Generasi Muda” terhadap sektor pertanian.




Berita Lainnya