Belanda Tertarik Dengan Model Bawang Merah Indonesia


Semarang - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian (Kementan) menjadi tuan rumah pertemuan ke-19 Working Group on Agriculture, Fisheries and Forestry (WGAFF) Indonesia-Belanda yang diselenggarakan pada tanggal 29 hingga 31 Agustus 2017 di Semarang. Pertemuan WGAFF didahului dengan 3 pertemuan yaitu dari sub sektor peternakan, perkarantinaan, kelautan dan perikanan. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan kunjungan lapang (Field Visit) ke lahan bawang merah sekaligus panen.

Pada kegiatan ini, Delegasi Indonesia dipimpin Direktur Jenderal (Dirjen) Hortikultura Kementan, Spudnik Sujono Kamino dan delegasi Belanda dipimpin Vice Minister for Agriculture and Nature-Ministry of Economic Affairs, Marjolijn Sonnema.

Spudnik mengatakan pertemuan WGAFF memiliki peran strategis agar pemerintah Indonesia dan Belanda dapat mendiskusikan secara intensif rencana kerja terkait kerja sama ke depannya. Selain itu, pertemuan ini pun guna memantau bersama-sama kemajuan pelaksanaan kerja sama Indonesia-Belanda, serta mengatasi berbagai kendala. 

“Seperti yang sudah kami sadari, forum ini memegang mandat yang sangat besar dari para Menteri dan komitmen kami berdasarkan WGAFF terakhir tahun lalu di Den Haag, untuk merumuskan kolaborasi yang dapat menghasilkan keuntungan nyata bagi kedua belah pihak untuk kerja sama memajukan industri pertanian,” demikian kata Spudnik dalam pertemuan di Semarang, Kamis (31/8/2017).

Tak hanya itu, pertemuan WGAFF sebagai forum penting untuk berbagi keahlian, pengalaman dan sumber daya untuk dapat memperbaiki keadaan pangan dan pertanian kedua belah pihak melalui kemitraan yang inovatif, serta penyelesaiannya. Secara umum, kerjasama Indonesia-Belanda di bidang pertanian telah berjalan dengan baik. 

“Di kesempatan ini, kami sampaikan komitmen Indonesia dan kami pun meminta komitmen yang sama dari pihak Belanda, untuk memfasilitasi keberhasilan pelaksanaan kegiatan kerjasama ini. Kami berharap kita dapat memperkuat kerja sama yang menghasilkan keuntungan lebih bagi kedua negara,” tutur Spudnik.

Sementara itu, Vice Minister for Agriculture and Nature-Ministry of Economic Affairs, Marjolijn Sonnema mengatakan pemerintah Belanda sangat tertarik untuk menggali informasi terkait penggunaan benih, budidaya, pengendalian hama penyakit yang dilakukan petani Indonesia selama ini. Tak hanya itu, pemerintah Belanda pun tertarik dengan kemampuan petani dalam kegiatan pasca panen.

“Karena itu, agar pengembangan bawang merah yang berkelanjutan, kami berharap petani Indonesia, dapat melakukan pengendalian hama penyakit yang ramah lingkungan, tidak bergantung pada  pestisida dan menghindari penggunaan pestisida diluar aturan yang seharusnya seperti mencampur,” ungkap Marjolijn.

Usai pertemuan, dilanjutkan dengan kunjungan lapang (Field Visit) sekaligus melakukan panen di Desa Pegandon, Kecamatan Gubug Sari, Kendal-Jawa Tengah. Di kegiatan ini, Kementan mengajak Delegasi Belanda untuk melihat pengembangan atau pertanaman bawang merah. Delegasi Belanda didampingi Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Kementan, Prihasto.




Berita Lainnya