Pemerintah Tunjukkan Keberpihakan Kepada Petani Tebu


Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan Indonesia swasembada gula konsumsi pada tahun 2019 dan gula industri pada 2024. Target tersebut ditetapkan oleh pemerintah tidak semata-mata untuk mewujudkan kedaulatan pangan, tapi juga mensejahterakan petaninya.

“Petani tebu adalah pelaku utama swasembada gula. Berdasarkan hal tersebut, program yang dijalankan Kementan dalam rangka pencapaian swasembada gula fokus  pada peningkatan kapasitas petani guna meningkatkan produktivitas tebu dan rendemennya,” ucap Plt. Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Suwandi. 

Dalam rangka peningkatan produktivitas tebu, Kementan melalui Ditjen Perkebunan melaksanakan sejumlah strategi, meliputi pemantapan areal, rehabilitasi tanaman, penyediaan agro input berupa pupuk dan benih unggul, penyediaan sarana dan prasarana, peningkatan produktivitas lahan melalui penerapan standar teknis budidaya dan manajemen Tebang Muat dan Angkut (TMA), antisipasi perubahan iklim, serta penetapan harga. 

Untuk pemantapan areal, Kementan mengembangkan strategi regrouping lahan, yaitu cara pengelolaan lahan tebu yang dimiliki petani dalam satu manajemen. Langkah ini diambil mengingat lahan petani saat ini tidak begitu luas. “Lahan petani yang kecil dan berdekatan akan dikelola bersama dalam satu koordinasi, yaitu ada petani, provider, dan pabrik gula. Dengan cara ini, petani tidak lagi berjalan sendiri,” papar Suwandi. 

Kementan juga memahami permasalahan petani yang masih dihadapkan pada keterbatasan alsintan. Untuk itu, Kementan mendukung program mekanisasi di lahan tebu rakyat. Mekanisasi di lahan tebu ini diharapkan meningkatkan efisiensi biaya garap dan waktu pengolahan lahan. “Bantuan mekanisasi diberikan kepada kelompok tani atau koperasi berbasis tebu berupa mesin pengolahan lahan tebu, mesin muat tebu, alat pemupukan, mesin tebang tebu seperti cane thumper dan mini harvester, serta alat angkut tebu (dump truck),” ungkapnya. 

Langkah lain yang dilakukan Kementan adalah rehabilitasi tanaman dengan program penggantian bibit  unggul atau bongkar ratoon. Anggaran bongkar ratoon dialokasikan untuk 15.000 hektar kebun rakyat dan dimasukkan dalam APBN-P Tahun 2017. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tebu hingga enam atau tujuh tahun ke depan. 

Penggunaan benih-benih unggul juga akan meningkatkan rendemen tebu. Saat ini, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementan sedang menggenjot pengembangan benih-benih unggul untuk komoditas prioritas swasembada, salah satunya tebu. Dua tahun terakhir, Kementan sudah menghasilkan tebu dengan rendemen 12% dan sedang diteliti untuk menghasilkan tebu dengan rendemen 14%. 

Peningkatan produktivitas dan produksi juga didorong melalui investasi pembangunan pabrik gula baru. Hinggat 2019 targetnya ada 11 pabrik gula baru terbangun. Sejak 2016, sudah ada 4 pabrik gula baru dari target tersebut yang rampung dibangun, yaitu di Blora, Lamongan, Lampung, dan Dompu. 

“Kehadiran pabrik-pabrik gula baru ini diharapkan tidak hanya meningkatkan kapasitas produksi gula, tapi juga membangun kemitraan yang saling menguntungkan antara petani dan pabrik gula. Pabrik gula dapat berperan dalam menentukan dan mengkoordinir kapan petani harus memupuk, bibit yang dipakai, menanam, tebang, muat, angkut,” pungkas Suwandi.




Berita Lainnya