Jakarta – Dalam kunjungannya ke Indonesia, Asisten Direktur Jenderal FAO untuk Asia dan Pasifik,Kundhavi Kadiresan, bertemu Menteri Pertanian RI Amran Sulaiman untuk bertukar pandangan guna meningkatkan kerja sama antara FAO dan Pemerintah Indonesia, Minggu (12/3).
Kadiresan menyampaikan apresiasi atas upaya-upaya yang dilakukan Indonesia dalam mewujudkan swasembada beras pada tahun 2016 melalui Program Nasional UPSUS dan FAO sangat menghargai upaya-upaya tersebut.
"FAO menghargai keberhasilan Indonesia dalam swasembada beras pada tahun 2016. Capaian ini merupakan hasil dari investasi Pemerintah khususnya Kementerian Pertanian yang sebagian besar digunakan untuk membangun infrastruktur. Langkah selanjutnya adalah membangun sektor pertanian yang berdaya saing dan mendorong diversifikasi pertanian untuk meningkatkan kehidupan petani dan memperbaiki gizi seluruh rakyat Indonesia," kata Kadiresan.
Sustainable Development Goal 2 (SDG-2) menargetkan zero hunger dan perbaikan gizi serta percepatan pertumbuhan sektor pertanian. Namun, upaya mencapai cita-cita tersebut menghadapi sejumlah tantangan termasuk kenaikan suhu bumi, cuaca ekstrim yang semakin sering terjadi, kekurangan air dan degradasi lahan yang sangat memengaruhi produktivitas pertanian.
Badan Khusus PBB FAO bekerja sama dengan Kementerian Pertanian RI mendorong penerapan pendekatan ekosistem untuk membangun sektor pertanian yang lebih produktif, tangguh, dan sehat seperti kawasan pengembangan sistem mina-padi, pengendalian hama terpadu dengan pendekatan lanskap pada tanaman padi, dan pertanian konservasi untuk peningkatan produksi jagung. Selain itu, FAO telah bekerja sama dengan Indonesia dalam menangani flu burung, rabies dan ancaman pandemik lain dengan dukungan dari USAID dan lembaga-lembaga lain.
Dalam pertemuan tersebut, Menteri Amran Sulaiman menjelaskan tentang keberhasilan Indonesia dalam program ketahanan pangan dan mengekspresikan kepuasan beliau terhadap kerja sama antara Indonesia dan FAO. Beliau juga menerangkan bahwa di tahun 2016, Indonesia dapat menghindari import beberapa komoditi strategis seperti beras medium/biasa, cabe segar, dan bawang merah untuk konsumsi; serta menurunkan impor jagung sampai 66,6 persen.
Kedua belah pihak sepakat untuk memperkuat kerja sama dengan mengefektifkan pendekatan-pendekatan ekosistem pada sektor pertanian di Indonesia. Mereka juga sepakat untuk menggiatkan pemberdayaaan petani dan mendorong pengembangan pasar yang lebih efisien untuk produk-produk pertanian. Hal ini dilakukan melalui rantai [perubahan] nilai yang lebih baik sebagai upaya untuk menstabilkan serta menurunkan harga bahan pangan yang akan membantu menangani permasalahan kemiskinan di pedesaan.