Mentan : Jawa Timur, Penyumbang Kehormatan Bangsa


SURABAYA - Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, mengungkapkan rasa bangganya,  kepada Propinsi Jawa Timur (Jatim) yang berperan sebagai salah satu penyumbang terbesar kehormatan bangsa, dari produksi padinya yang turut andil pada keberhasilan Indonesia untuk tidak melakukan impor beras di 2016. Hal tersebut diungkapkan dalam acara Rapat Pencapaian Upsus Padi, Jagung dan Kedelai Periode Januari s/d Maret 2017, di Aula Kodam V/Brawijaya, Surabaya, Jawa Timur (26/1).

Kilas balik saat Mentan berkunjung ke Jawa Timur dua tahun lalu, produksi padi sebanyak 12 juta ton. Kini, menjadi 13 juta ton lebih, peningkatannya hampir dua juta ton, sehingga tidak sia-sia Kementan memberikan bantuan kepada Propinsi Jatim.

Keberhasilan Indonesia untuk tidak melakukan impor beras di tahun 2016, memicu rasa ingin tahu delegasi dari beberapa negara, diantaranya, Vietnam dan Thailand. Mereka bertanya, apa yang dilakukan Indonesia, dengan luas sawahnya tetap, skala kecil, dan sulit untuk dikelola, tetapi bisa tidak impor.

Ekspor kita naik, terutama ekspor beras organik, yang sudah menembus Amerika dan Belgia.

"Permintaan beras organik akan sangat besar kedepan, maka kita harus mendorongnya,  karena beras organik mempunyai harga yang tinggi di pasaran internasional, yaitu mencapai 6 Euro (per kilogram) di Eropa," ungkap Mentan.

Komitmen Propinsi Jatim

Dalam acara Rapat Pencapaian Upsus Padi, Jagung dan Kedelai Periode Januari s/d Maret 2017 tersebut, sekaligus juga dilaksanakan penandatanganan Kesanggupan Luas Tambah Tanam antara Kepala Dinas Pertanian, dengan Kepala Staf Kodim, masing-masing yaitu Kabupaten Sumenep, Kabupaten Ngawi, serta Kabupaten Kediri.

Menurut Panglima Kodam (Pangdam) V/Brawijaya, I Made Sukadana, target bulan Januari ini telah mencapai 49%. "Saya berharap, kerja sama antar elemen dalam upaya mencapai swasembada pangan dapat terus ditingkatkan," kata Pangdam.

Sementara Gubernur Jatim, Soekarwo, mengatakan bahwa produksi padi dan jagung Jatim naik, sedangkan kedelai, mengalami penurunan. Irigasi juga sudah bagus, walaupun masih bisa lebih bagus lagi. 

Beberapa permasalahan irigasi yang dihadapi oleh Jatim, antara lain, ketersediaan air baku irigasi; banjir pada areal sawah irigasi; penurunan kinerja jaringan irigasi tingkat primer, sekunder dan tersier; belum dikembangkannya jaringan irigasi, serta tenaga operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi.

Namun demikian, di akhir sambutannya, Soekarwo menjelaskan bahwa Jatim juga memiliki komitmen untuk mendukung keberhasilan di sektor pembangunan pertaniannya, yaitu penanganan untuk penurunan laju konversi lahan pertanian; peningkatan indeks pertanaman melalui pengembangan dan perbaikan saluran irigasi; pengembangan inovasi teknologi produksi; pemetaan dan penataan komoditas pangan unggulan spesifik lokal; peningkatan akses petani terhadap teknologi, sarana produksi, kredit dan pasar; penyegeraan untuk penyesuaian penetapan Harga Pembelian Pemerintah untuk padi dan kedelai, serta pengembangan pertanian sehat dan berkelanjutan.




Berita Lainnya