Asian Games 2018 Jadi Momentum Tingkatkan Perkarantinaan ke Level Dunia


 Jakarta - Perhelatan olahraga Asian Games 2018 telah sampai di penghujung waktu. Sebanyak 17 ekor kuda terakhir dari 133 ekor kuda peserta cabang equestrian asal 22 negara pun hari ini, Minggu (2/9) kembali ke Liege, Belgia. Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Kementerian Pertanian (Kementan) Banun Harpini menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada berbagai pihak yang telah berkontribusi mendukung suksesnya cabang Equestrian pada Asian Games 2018.  

 
“Tindakan karantina terhadap kuda yang sesuai dengan standar dunia sangat penting bagi sukses terselenggaranya cabang equestrian Asian Games 2018. Hal ini sekaligus menjadi momentum yang baik untuk meningkatkan kapasitas layanan perkarantinaan ke level yang lebih tinggi,” kata Banun saat bertemu dengan konsultan Equine Disease Free Zone (EDFZ) atau zona bebas penyakit kuda yang dikontrak oleh pemerintah, Dr. Susanne Munstermann, di ruang kerjanya pada Jumat (31/8). 
 
Banun menyatakan bahwa Susanne memberikan saran penyusunan persyaratan teknis kesehatan hewan  (Health Requirement) pemasukan temporer kuda untuk berkompetisi di Asian Games 2018, dan Return Health Certificate saat pemulangan kuda ke negara asal serta protokol karantina. Kementan mengkomunikasikan persyaratan dan sertifikasi tersebut dengan 22 negara peserta cabang Equestrian Asian Games jauh hari sebelum event berlangsung.
 
“Kementerian Pertanian menyiapkan persyaratan karantina hewan khusus untuk importasi temporer (sementara) kuda untuk perlombaan,” tukas Banun.  
 
Sejak dua tahun lalu melalui Instruksi Presiden Nomor 2 tahun 2016 pemerintah membangun dan menyiapkan venue equestrian. Kementan melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) dan Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) berkolaborasi dengan Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) Provinsi DKI Jakarta melakukan penyiapan venue yang memenuhi standar kesehatan hewan global sejak dua tahun lalu. EDFZ kemudian dideklarasi oleh Dirjen PKH, Kementan selaku National Delegate kepada Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE) dan kemudian diakui OIE telah sesuai dengan standar internasional. EDFZ Jakarta ini juga mendapat pengakuan dari Uni Eropa sebagai pendekatan regionalisasi.
 
Lebih jauh, pemerintah juga menerapkan serangkaian tindakan sanitary meliputi: sensus dan identifikasi kuda di Jabodetabek, surveilans (pengawasan) penyakit kuda, surveilans vektor penyakit kuda, pembentukan zona bebas kuda dalam radius 8 km dari venue dan zona bebas hewan ternak dalam radius 1 km, pengendalian vektor di venue dan lingkungan sekitar, serta penerapan prosedur biosekuriti di venue. 
 
Kementan juga telah menerbitkan manual biosekuriti, dan bersama Dinas KPKP DKI Jakarta menerapkan prosedur biosekuriti di venue Jakarta Equestrian Park (JEP) Pulomas. Selain itu, Kementan melakukan pengawasan ketat sebelum kuda masuk ke Stable Artyatasa di desa Limo, Depok yang telah ditetapkan sebagai Instalasi Kesehatan Hewan (IKH).
 
Langkah lain adalah pengetatan pengawasan pemasukan kuda dari luar EDFZ. Berbagai proses untuk menyelaraskan standard aturan, fasilitas, sumber daya manusia, dan tindakan perkarantinaan dengan standar OIE terus berlanjut hingga jelang pelaksanaan Asian Games 2018. 
 
"Kita memperketat tindakan karantina pada importasi kuda dari negara dengan standar sudah setara dengan EDFZ. Untuk importasi kuda dari negara dengan standar kesehatan di bawah EDFZ, dilakukan kebijakan pelarangan guna memenuhi standard yang telah ditetapkan," ujar Banun.
 
Pada kesempatan yang sama, Dr. Susanne, wanita asal Jerman yang pernah bertugas di OIE ini mengatakan Indonesia patut berbangga telah sukses menjadi penyelenggara, terutama pada cabang equestrian yang membawa hewan hidup sebagai sarana kompetisi olahraga tersebut.
 
“Indonesia telah sukses menyelenggarakan Asian Games, pesta olahraga terbesar kedua setelah Olympiade,” ujar Susanne. "Negosiasi dengan negara peserta dapat dilakukan dengan baik, terutama dengan negara dengan aturan tertutup, Indonesia dapat melakukannya dengan baik. Saya merasa ada banyak visi ke depan, saya sangat senang jika kedepan dapat bergabung dan berbagi pengetahuan dalam tindakan karantina khusus,” tambahnya.
 
Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Pertanian, Dinas KPKP Provinsi DKI Jakarta dan pihak swasta telah mengeluarkan banyak biaya dan energi untuk mencapai pengakuan EDFZ saat Asian Games 2018. Susanne berharap para pihak dapat melanjutkan proses ini agar dapat mempertahankannya. Peran Atase Pertanian untuk  Komisi Uni Eropa di Brussel sangat strategis untuk menegosiasi EU agar Indonesia sebagai EU approved country atau atau setidaknya Pulau Jawa sebagai approved region yang memudahkan arus kuda dari dan ke negara-negara Uni Eropa untuk berkompetisi di Indonesia. 
 
Banun menegaskan, Kerjasama dengan laboratorium rujukan OIE untuk penyakit kuda yang telah dijalin selama Asian Games 2018 bakal terus dilanjutkan. Hal ini penting, agar kedepan Indonesia menjadi peserta, penyelenggara bahkan menjadi pusat kompetisi berkuda berkelas dunia. Apalagi Presiden Joko Widodo telah menyatakan minat untuk mengajukan Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade 2032.



Berita Lainnya