Kementan Luncurkan Varietas Ayam Lokal Pedaging Unggul


Bogor  - Kementerian Pertanian melalui Balai Penelitian Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian meluncurkan varietas Ayam Lokal Pedaging Unggul yaitu SenSi-1 (Sentul Terseleksi) Agrinak  sebagai varian lanjutan dari Ayam KUB, , Selasa (21/2). Varietas ini menghasilkan ayam lokal pedaging yang memiliki keunggulan bobot tubuh dibandingkan ayam lokal non unggul (dengan bobot tubuh 800 - 1000 gr / umur 70 hari) dan relatif lebih tahan terhadap penyakit.

Plt Kepala Pusat Penelitian Peternakan Kementan, Fadjry Djufry menjelaskan bahwa teknologi ini dihasilkan guna merespon kebutuhan dan permintaan bibit ayam lokal unggul.

"Tersedianya salah satu galur unggul ayam lokal di dalam negeri untuk menghasilkan ayam pedaging yang dapat meningkatkan penyediaan bibit DOC, sekaligus meningkatkan efisiensi budidayanya," jelas Djufry di Ciawi, Bogor.

Kepala Balai Penelitian Peternakan, Suharsono menambahkan ayam SenSi-1 Agrinak merupakan karya pertama peneliti. Galur baru ini merupakan salah satu galur murni (pure line) ayam lokal pedaging unggul, yang dapat dimanfaatkan sebagai ayam niaga (final stock) dan/atau sebagai ayam tetua (parent stock).

"Galur ini telah ditetapkan sebagai galur ayam lokal pedaging asli Indonesia berdasarkan SK Mentan Nomor 39/Kpts/PK.020/1/2017, tanggal 20 Januari 2017, tentang Pelepasan Galur Ayam SenSi-1 Agrinak," tambahnya.

Suharsono menjelakan proses seleksi individu jantan dilakukan pada ayam umur 10 minggu untuk bobot tubuh permintaan pasar (berkisar 0,8 – 1 kg/ekor), berbulu abu atau pucak (putih bercak hitam), sebagai warna dominan dan berjengger kacang (pea). Hal ini telah dilakukan di Balitnak selama lima tahun. Kriteria seleksi ini dimaksudkan untuk mendapatkan keseragaman tampilan dan perbaikan bobot hidup.

"Kriteria seleksi yang tidak dilakukan pada ayam betina, kecuali warna bulu bertujuan agar sifat-sifat ketahanan tubuh ayam SenSi-1 Agrinak tidak banyak berubah dari ketahanan tubuh rumpunnya," jelasnya.

Menurutnya, selain kriteria seleksi yang diberlakukan pada rumpun ini, lingkungan optimum, terutama kualitas pakan ditetapkan pada kualitas 17% protein kasar dengan 2800 kkal ME/kg selama masa pertumbuhan sampai dengan umur 20 minggu.

"Pertimbangan ini diambil untuk mengantisipasi kondisi pemeliharaan di peternak. Pemberian pakan dengan kualitas lebih baik diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan nilai ekonomis lebih baik," jelas Suharsono.

Suharsono menngungkapkan pada tahun 2016 telah dilakukan Kerjasama Pra Lisensi untuk produksi bibit Ayam SenSi dalam rangka penyebaran bibit dengan 6 perusahaan. Yaitu PT Sumber Unggas di Cogreg Bogor Jawa Barat, Warso Unggul Farm Tangkil Bogor Jawa Barat, Dedi Farm Gunung Endut Sukabumi Jawa Barat, Badan Usaha Milik Tiyuh (desa) di Kabupaten. Tulang Bawang Barat Lampung, DNR Farm Ciampea Bogor Jawa Barat dan PT. ISFIN di Sleman Yogyakarta.

"Hasilnya, sampai saat ini telah dilakukan perbanyakan bibit sebanyak 100 ribu DOC yang untuk saat ini akan dikonsentrasikan di wilayah Jabodetabek. Diperkirakan populasi yang semula 6.000 DOC jantan-betina (unsexed) ditambah dengan para peternak non-MoU sebanyak 2.000 DOC unsexed, diperkirakan telah bertambah dengan keturunannya kurang lebih 80.000 ekor sebagai tetua pengganti," ungkap Suharsono.

Perlu diketahui, Ayam SenSi-1 Agrinak memiliki banyak keuntungan. Pertama, bobot hidup rata-rata pada umur 10 minggu untuk jantan 1066 ± 62,5 g/ekor dan untuk betina 745 ± 114 g/ekor. Kedua, konsumsi pakan umur 0-10 minggu sebanyak 2,7-3,2 kg/ekor. Ketiga, umur pertama bertelur 174 ± 17,69 hari. Keempat, bobot umur pertama bertelur 1909 ± 219 g/ekor. Kelima, produksi telur puncak 61,98 ± 8,66 % henday.

Kemudian, Keenam, puncak produksi telur pada umur ayam 34,5 ± 4,05 minggu. Ketujuh, bobot telur pertama seberat 32,83 ± 4,76 g, akan bertambah terus sampai 44,82 ± 3,63 g/butir pada saat puncak produksi. Kedelapan, Fertilitas sebesar 85,47 ± 6,58 %.

"Kesembilan, manfaat yang tidak kalah menariknya yaitu rata-rata produksi telur selama 40 minggu masa bertelur sebesar 39,58 lebih kurang 5,30 persen henday production," pungkasnya.




Berita Lainnya